Biography Eyang Kartodihardjo

Semasa hidupnya Almarhum adalah sosok yang disegani dan menjadi panutan para puteranya dan masyarakat di kampung kelahirannya. Beliau lahir tahun 1900 di Purwokerto, putera pertama Bapak Djaja, seorang petani sederhana, dan bersaudara dua orang, yaitu : Soemodihardjo dan Martoredjo. Beliau menikah dengan Soepinah, putera kedua dari pasangan Madarsan & Nidah yang berputera 6 orang, yaitu : Mohammad Dirsan, Soepinah, Ahmad Bedjo, Tolinah, Soedjinah dan Soekinah, semuanya sudah wafat kecuali Ny. Hj.Tolinah Rasidi yang saat ini masih tinggal di Purwokerto. Keturunan Madarsan ini berhimpun dalam paguyuban Keluarga Besar Madarsan (KBM).

Pasangan Kartodihardjo & Soepinah berputera 9 orang , yaitu secara berurutan : Soedargo, Soepijah, Soebandi, Soedirah, Soebagio, Soeharti, Soeharto, Soetono dan Soetanto. Semua puteranya lahir di Purwokerto pada masa penjajahan. Adapun putera yang pertama, kedua, dan kedelapan meninggal dunia pada usia masih balita, sedangkan yang lainnya berhasil melampaui usia dewasa dan berkeluarga. Hanya saja ada putera yang meninggal mendahuluinya, yaitu Soebagio pada tahun 1975, dan Soeharti tahun 1985.

Almarhum hidupnya sangat sederhana, karena profesinya hanya sebagai guru sekolah dasar di desa Purwokerto Kidul yang dijabatnya sejak muda sampai pensiun pada tahun 1955, dan setelah pensiun sampai wafat menjadi petani penggarap. Namun demikian, di balik kesederhanaan dan ekonomi yang terbatas, dengan didukung sang istri yang setia dan taat beragama, Almarhum mempunyai tekad yang membara berjuang untuk mendidik, membesarkan dan menyekolahkan semua puteranya, agar kelak bisa mandiri dan menjadi pegawai negeri yang terpandang, serta Iebih sukses daripada dirinya. Di hari tuanya, Almarhum berhasil memetik buah perjuangannya, semua puteranya menjadi pegawai negeri.

Di kalangan masyarakat di kampungnya, Almarhum dikenal juga sebagai orang yang jujur, disiplin, tidak banyak bicara, suka menolong, taat kepada agama dan keyakinannya, serta dianggap mempunyai kemampuan lebih untuk mengobati orang sakit, sehingga banyak orang yang minta tolong untuk disembuhkan, yang ternyata dengan seijin Allah Swt kebanyakan mereka bisa sembuh.

Selama hidupnya, Almarhum melakukan pola dan gaya hidup yang teratur dan disiplin serta bersikap “sumeleh” dan taat kepada Allah SWT, sehingga beliau dikaruniai umur yang relatif panjang dan akhirnya wafat dengan tenang di kediamannya pada tanggal 25 Desember 1985 dan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pancurawis, Purwokerto.

Semua hal yang baik dari Almarhum tersebut merupakan amanah dan menjadi suri teladan yang layak dilaksanakan dan ditumbuh kembang-kan sesuai kemajuan zaman oleh seluruh keturunan Almarhum yang telah bertekad untuk rukun, saling asah, asih dan asuh, serta menyatu dalam kebersamaan dan kesatuan di Paguyuban Keluarga Besar Kartodihardjo (PKBK). Amiin.

0 komentar:

Posting Komentar